Hari-hari Khusus (Eps. Hari Kartini)

Pencarian google.com

Hari apakah hari ini? Hari ini tanggal 24 April 2018, sepertinya tak ada yang istimewa dan biasa saja. Berbeda dengan beberapa hari kemarin yang lebih istimewa dan mengundang banyak tulisan-tulisan berupa opini yang berkeliaran di semua lini masa media sosial. Karena dengan menyuarakan berarti kita tentu ingat akan hari tersebut, terlepas hanya ikut-ikutan atau memang sebagai pengingat untuk dijadikan renungan.

Mulai dari tanggal 21 April sampai 23 April berturut-turut saya melihat beberapa postingan di medsos tentang hari-hari istimewa tersebut. Yang paling mengguncang adalah hari Kartini setiap tanggal 21 April, dari anak kecil hingga orang dewasa bahkan yang sudah lansia pasti mengetahui dan hafal tentang hari tersebut. Hari yang dijadikan sebagai upaya bangkitnya kaum perempuan dari keterpasungan, hari sebagai tanda bahwa perempuan mempunyai hak yang sama. 

Oleh karena itu, saya ingin mengabadikan tiga hari tersebut sebagai catatan kecil yang mungkin dapat kubaca kembali sehingga ingatan takkan hilang tentang hari itu. 

Yang pertama, Hari Kartini (21 April) 

Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April merupakan penghargaan untuk RA Kartini yang telah memperjuangkan hak-hak perempuan. Dengan kecerdasannya, tulisan dan surat-surat yang disuarakannya telah menjadi angin segar untuk generasi wanita selanjutnya untuk menempuh pendidikan meskipun saat itu ia dikepung dengan keterbatasan adat, ia pun mampu menunjukkan pada dunia bahwa wanita tak hanya dijadikan pajangan atau pelayan yang hanya diendapkan dalam ruangan yang disebut rumah atau istana. Tapi wanita bisa memiliki karya, dan dapat bersaing dengan laki-laki di luar sana.

Emansipasi wanita, begitulah banyak yang menyebutnya. Namun, seringkali kata emansipasi menjadi sebuah pembenaran tentang sikap seorang wanita. Menurutku, wanita boleh saja menempuh pendidikan tinggi dan bekerja di luar rumah selayaknya laki-laki, tetapi ia harus ingat akan tugas utamanya sebagai anak atau istri yang harusnya patuh kepada kedua orangtua atau suaminya. Ketika ia masih berstatus gadis maka izin orangtua dalam mengambil keputusan adalah prioritas yang tak boleh terabaikan. Dan ketika menjadi seorang istri maka kepentingan suami jauh lebih penting untuk ia tunaikan. Tentunya suami yang tahu dan mengerti kebutuhan istrinya.  Bukan memasung tapi mengayomi, bukan melarang tapi mengajarkan, bukan menuntut tapi menuntun.

Selain itu, rumah adalah tempat terbaik bagi seorang wanita. Maka dengan keluarnya wanita dari rumahnya, ia harus memenuhi syarat-syarat yang harus dilakukkanya yaitu menutup aurat. Dengan menutup aurat, seorang wanita lebih mudah dikenali dan terjaga dari niat-niat jahat mereka yang melihatnya. Dan dengan menutup aurat berarti wanita tersebut telah memuliakan dirinya serta menjaga pandangan kaum adam dari melihat hal-hal yang tak seharusnya dilihat. 

Jadilah wanita bebas, yaitu wanita bebas yang mampu mengendalikan dirinya dalam situasi apapun tanpa mengabaikan perintah Tuhan-Nya. Ia bebas menentukan masa depan dan bebas memilih sesuatu yang diinginkannya. Karena sebesar apapun cita-cita haruslah tetap berbanding lurus dengan nilai-nilai agama serta moral yang berlaku. Karena dengan itu semua maka wanita menjadi mulia dengan sendirinya meskipun tanpa pengakuan. 

Wanita itu madrasah pertama untuk anak-anaknya. Ia yang memberikan lingkungan pertama bagi buah hatinya, apakah lingkungan itu baik atau buruk? Ia juga yang memberikan makanan terbaik untuk anaknya, ASI yang berasal dari tubuhnya merupakan nutrisi pertama bagi anak manusia. Jadi, tak heran jika seorang wanita itu seharusnya dihormati dan diberi penghargaan. 

Selamat Hari Kartini.... 
Eheheh,,, udah telat ya. 

Selanjutnya, kita masuk ke Hari Bumi.

Lihat postingan selanjutnya.... 😊

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar